Hey, Daddy. How does it feel waiting for your new girl come to the world?
Hey, Daddy. How does it feel loving a new girl beside your woman?
Hey, Daddy. How does it feel kneeling down, for the second time after proposing your woman, just to tie your daughter's shoe laces?
Hey, Daddy. How does it feel seeing her smiling for being able to ride her first bike?
Hey, Daddy. How does it feel saying "no" when she's crying for a new robot?
Hey, Daddy. How does it feel waving your hand when she's having her fist day of school?
Hey, Daddy. How does it feel when a boy comes asking you for taking her go a date?
Hey, Daddy. How does it feel staying up late waiting her come home?
Hey, Daddy. How does it feel trusting her make her own decisions?
Hey, Daddy. How does it feel when she turns you upset?
Hey, Daddy. How does it feel convincing her that she can?
Hey, Daddy. Thank you for treating me like a princess and warrior at the same time. I don't mean to spoil you, but I will never love any other man as much as I love you.
-D-
Friday, March 23, 2012
Monday, March 12, 2012
Once Upon A Time
When midnight meets Parachute. Maybe it's only me who knows exactly what it means so here I tell you; I'm overthinking. For what had happened. For what I've been thru, for what I've been fighting for, for what I've got, for what I've lost... for everything.
Uh well, I know this post is utterly NOT gonna be worth reading. Yet I don't give a damn, I'm gonna write anyway.
Maybe I'm sinking while the other part of me turn my nose up at that sort of fact. It's like...being in a war. Against nobody but my own self. I'm getting tired even before it comes to the end, I haven't become the victor, not yet become the victim. Maybe I need some help, or maybe I need to ask for help.
May I just...simply disappear...for a while?
May...I...?
Sunday, March 11, 2012
Saturday, March 3, 2012
Yang Tak Pernah Terkirim
Kepada: Seorang Sahabat,
dari masa lalu, untuk masa kini.
Hai.
Apa kabar?
Sejauh apa dunia membawamu pergi? Sudah sangat jauh, ya, pastinya. Apakah perjalananmu menyenangkan? Semoga begitu. Tapi jujur, kadang aku berharap dunia tidak membawamu sejauh ini. Terlalu jauh seperti ini.
Teori relatifitas seringkali membingungkan aku. Kata mereka dunia ini sempit. Tapi perspektif subjektifku memberikan bentangan teramat luas, bahkan menempuh jarak tiga kilometer dikatakannya semustahil mengitari bumi dengan dua kaki.
Hingga pada akhirnya realitas menepuk pelan pipiku, dengan lembut membisikkan satu kebenaran, bahwa bukanlah jarak yang menjadi pemisah, melainkan waktu. Dengan sombongnya waktu tetap berjalan 24 jam, dan dengan angkuhnya tidak memberi satu dari delapan puluh enam ribu empat ratus menit yang ia punya bagi kita untuk bertemu dan meleburkan dua dunia.
Mungkin, masa memang membawa kita kemari. Ke waktu yang seperti ini. Tidak selamanya aku menjadi pemeran pembantu utama di film kehidupanmu, aku tahu. Dan di waktu yang seperti ini, aku tahu, sudah saatnya aku menjadi figuran. Yang akan hanya muncul dalam adegan ketika kau menengok ke belakang. Jika memang kemunculanku sejarang itu, semoga saja aku masih berhak berharap pada sang sutradara untuk sedikit berbaik hati mengijinkanku bertemu denganmu di balik layar. Lebih dari itu, aku berharap kau mau.
Membicarakanmu bukanlah bicara tentang masa lalu, bagiku. Sosokmu nampak dalam banyak adegan tanpa perlu aku menengok ke belakang. Iya, seberarti itulah kau.
Berjalanlah dengan hebat, Anak Manis. Angkat dagumu, tunjukkan pada Waktu bahwa kau sanggup menyamai langkahnya. Suatu saat nanti jika kau lelah, tengoklah sedikit ke belakang. Di sana kau akan menemukanku yang berbangga padamu.
Baik-baik di jalan ya, Anak Manis. Tengok kanan-kiri sebelum menyeberang.
Dengan penuh cinta,
Sahabatmu, yang terjebak masa lalu
Subscribe to:
Posts (Atom)