Pages

Thursday, November 29, 2012

Fiksi Ketiga

Hujan itu manis, bagi mereka yang berdiam nyaman di balik jendela.
Hujan itu romantis, bagi mereka yang sedang bersanding berdua.
Tapi hujan itu miris, bagi mereka yang menahan air mata. 
Ia sedang muak dengan kata cinta, karena tidak dapat dicerna oleh logika. Ia juga sedang membenci ingatan, karena tidak memiliki kemampuan menyortir kenangan sesuai kemauan.
Ia ingat betul ayahnya pernah berkata, kalau ada luka diamkan saja, nanti waktu yang akan membuat reda. Tapi seseorang mematahkan keyakinan itu dengan berkata, kalau ada luka diamkan saja, nanti waktu akan membuatmu biasa. Kemudian ia percaya, waktu bisa jadi tabib dari rasa sakit.

***

Di suatu malam berhujan, di balik jas hujan. Menyusuri jalan temaram dengan tangan tetap berkaitan. Mereka terlihat baik-baik saja, tanpa ada yang tahu mereka sama-sama luka. Karena rasa yang harus dikubur, dan memori yang harus dibuat kabur.
Persetan dengan kenangan! Ucap mereka lantang, walau diam-diam tetap mereka simpan.

No comments: