Pages

Saturday, March 3, 2012

Yang Tak Pernah Terkirim

Kepada: Seorang Sahabat,
dari masa lalu, untuk masa kini.


Hai.
Apa kabar?
Sejauh apa dunia membawamu pergi? Sudah sangat jauh, ya, pastinya. Apakah perjalananmu menyenangkan? Semoga begitu. Tapi jujur, kadang aku berharap dunia tidak membawamu sejauh ini. Terlalu jauh seperti ini.
Teori relatifitas seringkali membingungkan aku. Kata mereka dunia ini sempit. Tapi perspektif subjektifku memberikan bentangan teramat luas, bahkan menempuh jarak tiga kilometer dikatakannya semustahil mengitari bumi dengan dua kaki.
Hingga pada akhirnya realitas menepuk pelan pipiku, dengan lembut membisikkan satu kebenaran, bahwa bukanlah jarak yang menjadi pemisah, melainkan waktu. Dengan sombongnya waktu tetap berjalan 24 jam, dan dengan angkuhnya tidak memberi satu dari delapan puluh enam ribu empat ratus menit yang ia punya bagi kita untuk bertemu dan meleburkan dua dunia.
Mungkin, masa memang membawa kita kemari. Ke waktu yang seperti ini. Tidak selamanya aku menjadi pemeran pembantu utama di film kehidupanmu, aku tahu. Dan di waktu yang seperti ini, aku tahu, sudah saatnya aku menjadi figuran. Yang akan hanya muncul dalam adegan ketika kau menengok ke belakang. Jika memang kemunculanku sejarang itu, semoga saja aku masih berhak berharap pada sang sutradara untuk sedikit berbaik hati mengijinkanku bertemu denganmu di balik layar. Lebih dari itu, aku berharap kau mau.
Membicarakanmu bukanlah bicara tentang masa lalu, bagiku. Sosokmu nampak dalam banyak adegan tanpa perlu aku menengok ke belakang. Iya, seberarti itulah kau.
Berjalanlah dengan hebat, Anak Manis. Angkat dagumu, tunjukkan pada Waktu bahwa kau sanggup menyamai langkahnya. Suatu saat nanti jika kau lelah, tengoklah sedikit ke belakang. Di sana kau akan menemukanku yang berbangga padamu.
Baik-baik di jalan ya, Anak Manis. Tengok kanan-kiri sebelum menyeberang.


Dengan penuh cinta,
Sahabatmu, yang terjebak masa lalu

No comments: